Pulau
Togian adalah salah satu kepulauan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Tojo
Unauna, kabupaten pecahan dari Poso yang baru terbentuk pada awal tahun 2004.
Beberapa aksi wisata yang dapat dilakukan di Pulau Togian antara lain: Menyelam
& Snorkelling (di Pulau Kadidiri); Memancing, serta menjelajah alam hutan
yang ada di dalam hutan yang ada di Pulau Malenge, atau bisa mengunjungi gunung
api Colo di Pulau Una-una.
Anda
juga bisa mengunjungi pemukiman orang Bajo di Kabalutan. Dibentuk oleh
aktivitas volkanis, pulau ini ditutupi oleh tumbuh-tumbuhan yang subur dan
rimbun, serta dikelilingi oleh formasi bukit karang. Batu karang dan pantai
menyediakan tempat bagi beberapa binatang laut untuk tinggal dan berkembang
biak, seperti kura-kura hijau, dll. Lebih lanjut tentang pulau togian.
Bisa
jadi kita lebih mengenal Taman Nasional Laut Bunaken di Sulawesi Utara,
ketimbang Gugusan Kepulauan Togian, di Tojo Unauna, Sulawesi Tengah. Padahal,
salah satu kawasan di Teluk Tomini ini lebih alami, indah dan asri. Terumbu
karangnya begitu beragam, panorama alamnya sungguh memukau, dan rata-rata
pantainya berpasir putih. Saatnya mengalihkan kunjungan wisata kita ke sana .
Bisa diving, snorkeling, memancing ikan, lalu membakarnya sendiri atau sekadar
menikmati mentari tenggelam dari tepian pantai.
“Kita
sudah sampai di batas langit. Bau laut dan keindahan panoramanya begitu
memukau.” Begitu Nudin Lasahido, seorang pemuda di Tojo Unauna menyatakan
kekagumannya pada Kepulauan Togian. Betapa tidak dari jauh, gugusan pulau
dengan dinding karang, hutan menghijau, pasir putih dan laut membiru langsung
menumbuk mata kita. Tidak hanya itu, jajaran rumah-rumah To Bobongko dan Tau
Bajo, dua suku laut di Kepulauan Togian terlihat menambah indah panorama.
Rumah-rumah mereka berdiri di atas laut, di atas karang-karang dan di tepi
pantai.
“Ini
sepotong surga yang bisa kita temui di bumi.” Tambah Muhammad Ridwan, pemuda
kelahiran Wakai, Tojo Unauna. Pemuda yang disapa Ridu itu, selalu membanggakan
indahnya gugusan Kepulauan Togian. Ia juga membanggakan makanan khasnya, ikan
bakar rica-rica. Ia juga menyatakan kekagumannya pada To Bobongko dan Tau Bajo,
yang jago menyelam dan memanah ikan, serta masih memelihara kearifan
tradisional dalam mengelola lingkungan dan laut mereka.
Jika
punya banyak waktu, bolehlah berkelana ke pulau-pulau lain yang menawarkan
keindahan sama. Ada pasir putih lembut, batu batu karang mencuat di antara
perairan teluk yang tenang, serta sunset yang menyejukan mata dan hati.
MAW
Brouwer, seorang budayawan dan penulis kelahiran Belanda, saking jatuh cintanya
dengan Tanah Pasundan, Priyangan pernah menulis di awal 1970-an, “Tuhan pasti
sambil tersenyum ketika ia menciptakan Tanah Priyangan.“ Kalau saja Brouwer
sempat menyaksikan Togian, ia tentu akan menarik kembali kata-katanya.
“Kepulauan
ini justru lebih indah daripada Bunaken di Sulawesi Utara,” kata Damsjik
Ladjalani, Bupati Tojo Unauna. Hanya saja, imbuhnya, terkendala pada soal
promosi. Bunaken sudah lebih maju dalam promosi, sehingga lebih banyak dikenal.
Saat
saya berkunjung ke sana awal Maret lalu, kata-kata Bupati Damsjik memang
terbukti. Togian lebih indah dari Bunaken, hanya saja kurang dipromosikan.
Kepulauan
Togean yang memiliki hamparan terumbu karang terluas di Indonesia (sekitar
132.000 hektar) dikenal juga memiliki banyak spot penyelaman menakjubkan.
Togian
sendiri sudah ditetapkan sebagai Taman Nasional berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor SK.418/Menhut-II/2004 tertanggal 19 Oktober 2004.
Luasnya sekitar 362.605 hektare. Itu sudah termasuk 10.659 hektare hutan
lindung buat pelestarian Mangrove.
Hasil
survei Conservation International Indonesia (CII) pada 2001 menemukan 262 jenis
terumbu karang di kawasan ini, 596 jenis ikan, dan 555 jenis moluska serta
jenis langka lainnya seperti kima raksasa (tridacna gigas), penyu hijau
(chelonia mygas), penyu sisik (eretmochelys imbriocata), lola (Trochus
niloticus), dugong-dugong, dan paus pilot. Dari banyaknya jenis ikan itu, ada
dua jenis yang dianggap endemik, yaitu ikan Paracheilinus togeanensis dan
Ecsenius., artinya hanya ditemukan hidup di Togian.
Banyaknya
ikan dan moluska tersebut mengindikasikan bahwa kondisi terumbu karang di
perairan laut Togean masih bagus dan rimbun, sehingga menjadi pilihan menarik
bagi banyak wisatawan dari berbagai penjuru dunia untuk melakukan diving dan
snorkling.
Pada
1998 lalu tercatat lebih 7.000 wisatawan asing berkunjung ke Togean, namun
menyusut drastis setelah pecah konflik bernuansa SARA di wilayah tetangga
Kabupaten Poso pertengahan 2000.
Beruntung
membaiknya situasi keamanan di sana kurun setahun terakhir, membuat arus
wisatawan asing ke objek wisata ini kembali mengalir sekalipun belum seramai
seperti sebelumnya.
Para
wisatawan terlihat banyak menghabiskan waktu di sini untuk berjemur diri
sekaligus menikmati ketenangan laut serta pemandangan alam terbuka yang
menyejukkan, sebelum menuju ke titik-titik penyelaman menarik yang mencapai
puluhan.
Pada
beberapa pulau di Togian, terdapat hotel, penginapan, dan cottage dalam bentuk
rumah panggung yang disediakan sejumlah pengusaha lokal dan asing (Italia),
guna memudahkan para wisatawan menikmati berbagai aktivitas menyenangkan. Tarif
sewanya pun bervariasi, antara Rp 150 ribu hingga Rp 400 ribu per hari.
Salah
satu yang bisa direkomendasikan adalah Black Marlin Cottage, yang dikelola oleh
Ais, seorang penduduk setempat. Black Marlin terletak di Pulau Kadidiri, salah
satu bagian dari gugusan Kepulauan Togian. Dia juga punya Dive Center bernama
sama yang dikelola oleh seorang instruktur selam asing.
Kepulauan
Togian mempunyai berbagai jenis terumbu karang yang sangat indah. CI Indonesia,
tercatat sekitar 262 jenis karang yang tergolong ke dalam 19 famili. Salah
satunya adalah jenis endemik, yaitu Acropora togeanensis.
Dari
total 91 jenis Acropora yang ditemukan di Indonesia (yang juga merupakan
tertinggi di dunia), 78 di antaranya terdapat di Kepulauan Togean. Secara umum
kondisi terumbu karang di 25 lokasi di Kepulauan Togean adalah 4 persen dalam
kondisi Sangat Bagus (excellent), 16 persen bagus (good), 40 persen dalam
konsisi sedang (moderate), 28 persen jelek (poor) dan 12 persen dalam kondisi
jelek sekali (very poor).
Tentu
saja, Togian adalah surga bagi para penyelam. Tengok saja titik-titik
penyelaman yang sudah kesohor di sana .
Salah
satu titik penyelaman yang ramai adalah tempat jatunya pesawat pembon milik
Belanda, B-24 Liberator. Pesawat itu terletak di kedalaman 16-22 meter dan
dapat dicapai 1 jam saja dengan speed boat dari Kadidiri. Pesawat itu jatuh
pada 3 Mei 1945 saat perjalanan pulang dari Makassar, Sulawesi Selatan setelah
diserang oleh tentara Jepang.
Soal
makanan jangan bingung. Segala yang berbau seafood ada di sini. Ikan bakar rica-rica
atau cumi-cumi goreng selalu tersedia. Bisa pula kepiting kenari. Jika ingin
lebih terasa petualangannya boleh memancing dan membakar sendiri ikan
pancingannya. Atau bisa membeli dari nelayan hanya seharga Rp 15 ribu per
kilogram.
Menuju
Togian
Untuk
mencapai Kepulauan Togian yang berada di tengah Teluk Tomini, dapat ditempuh
melalui beberapa pintu masuk, antara lain Kota Palu kemudian menuju Ampana
meliwati jalan darat 350 km, melewati Poso atau dari Luwuk (ibu kota Kabupaten
Banggai yang berada di timur Provinsi Sulteng), dan Gorontalo dengan
menggunakan pesawat udara.
Dari
kota-kota ini, lalu kemudian menumpang kapal motor penyebrangan menuju Wakai
(salah satu ibu kota kecamatan di Kepulauan Togean yang sering dijadikan ‘base
camp’ wisatawan sebelum menuju spot-spot diving serta cottage di pulau-pulau
kecil). Sewanya cuma Rp 23 ribu dengan KMP Tuna Tomini, kapal feri milik Dinas
Perhubungan. Atau dengan menggunakan kapal-motor pelayaran rakyat atau kapal
pesiar cepat seperti KM Lumba Lumba atau Baracuda dengan harga sewa yang sama.
Jarak
tempuh perjalanan laut ini antara 1,5-4 jam, tergantung kendaraan laut yang
dipergunakan.
Hitung-hitungan
bagi wisatawan lokal, cukup murah. Dari Kota Palu ke Pulau Togean dapat
menggunakan minibus dengan tarif Rp 40 ribu. Dengan mobil travel Rp 100 ribu,
selama 7-8 jam sampai ke Ampana, melewati Kabupaten Parigi Moutong dan Poso.
Dari Ampana menggunakan kapal motor selama 4 jam ke Wakai dengan tarif Rp 30
ribu - Rp 40 ribu. Dari Wakai sekitar 15 menit - 30 menit ke Kadidiri, Togian,
dengan speed boat. Di Black Marlin Cottage di Kadidiri, Togian, rate untuk 1
malam untuk kamar standard Rp 120 ribu. Untuk yang deluxe Rp 150 ribu, sudah
termasuk makan 3 kali sehari.
Dari
Jakarta ke Palu, bisa memilih Lion Air, Wings Air, Sriwijawa Air, Merpati atau
Batavia Air, lalu transit di Makassar, Sulawesi Selatan atau Balikpapan ,
Kalimantan Timur dan selanjutnya menuju Bandara Mutiara Palu. Dari Jakarta ke
Makassar atau Balikpapan hanya 2 jam, lalu dari kedua kota itu ke Palu hanya
memakan waktu paling lama 50 menit. Setelah itu barulah melanjutkan perjalanan
ke Togian, melewati Parigi Moutong, Poso, Ampana hingga ke Wakai.
Agar
tidak terlalu lelah, kita juga disarankan untuk bermalam semalam di Ampana atau
Wakai. Kita bisa menikmati ikan bakar rica-rica dan beragam penganan dari hasil
laut lainnya di sana . Harganya paling mahal Rp 20 ribu per porsi.
Hitung-hitung menikmati makanan selamat datang.
Di
Wakai, kita bisa menginap di rumah-rumah penduduk atau di cottage transit. Kita
bisa melihat perkampungan asli suku laut Togian di sana . Kita akan melihat
bagaimana mereka membangun rumah-rumah di atas aliran air laut atau payau.
Jadi
rasa-rasanya, begitu murah. Berbeda dengan daerah-daerah tujuan wisata lainnya
di Indonesia yang membutuhkan uang tidak sedikit.
Perjalanan
dengan menggunakan kapal motor atau speed boat atau bisa pula perahu nelayan,
juga memberikan pengalaman petualangan tersendiri. Kita bisa menikmati perasaan
gamang dihantam gelombang. Karena meski takut, yakinlah kapal atau perahu yang
kita tumpangi akan selamat sampai di tujuan. Sebab para nahkoda kapal atau
nelayan paham benar irama alamnya. Kalau alam sedang tidak bersahabat, mereka
tidak akan mungkin melayarkan kapal atau perahunya.
Pemkab
Tojo-Unauna sendiri saat ini sudah berencana membangun bandara di Ampana untuk
memudahkan akses para wisatawan asing dan domestik masuk ke Togian. Pembangunan
bandara tersebut direncanakan selesai akhir tahun 2009.
Pemerintah
daerah setempat juga berkeinginan menyediakan pesawat baling-baling yang bisa
mendarat di atas air, agar lebih memudahkan para wisatawan bisa langsung ke
Togean melalui bandara di kota-kota terdekat.
Festival
Togian
Untuk
mempromosikan Togian, Pemkab setempat sudah berencana menggelar Festival Togian
pada 23-27 Juli mendatang.
“Sejumlah
kelompok wisata mancanegara dan domestik mengagendakan kunjungannya pada Juli
mendatang, dan biro-biro pariwisata pun terus mempromosikan agenda ini ke
mancanegara. Karena itu saya pikir ketika berlangsung festival akan banyak
turis asing yang datang,” Bupati Damsyik.
Festival
Togean merupakan ajang tahunan yang digelar Pemkab Tojo-Unauna berisi berbagai
kegiatan seni-budaya, olahraga tradisional, dan atraksi lainnya. Pesertanya
berasal dari seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Sulteng, selain perwakilan
asal provinsi tetangga.
“Bahkan,
wisatawan asing pun bisa ikut menjadi peserta untuk memeriahkan festival ini,
seperti tahun-tahun sebelumnya,” katanya.